Cover Buku - Sebelum Aku Menjadi Istrimu |
Data Buku :
Judul Buku : Sebelum Aku Menjadi Istrimu
Penulis : Deasylawati Prasetyaningtyas
Penerbit : Indiva
Tahun Terbit : 2013
Tebal Halaman : 224 Halaman
No. ISBN : 978-602-8277-71-6
Kategori : Islam; Pengembangan Diri
Harga Buku : Rp. 21.250,-
Bagian I : Pendahuluan
Latar Belakang Penulis
Deasylawati
Prasetyaningtyas lahir di Magelang, 2 Desember 1984. Putri ke-2
pasangan Tiono Hadi Suprapto dan Endang Sriyatun ini mulai aktif menulis
sejak bergabung dengan Forum Lingkar Pena (FLP) Solo Raya pada bulan
Agustus 2005. Awal ia mengirimkan naskah ceritanya adalah dalam lomba
novellet yang diadakan oleh Majalah Muslimah tahun 2004. Dari lomba
tersebut, istri dari Eka Adi Nugraha, S.Pd.I ini berhasil meraih
penghargaan pertama dengan judul Alasan untuk Kembali (Juli,2005). Beberapa
karya ibu empat anak ini pernah dimuat di Koran SOLOPOS dan Majalah
Gizone. Ia juga menjadi Juara 1 Lomba Penulisan Novel Remaja Islam Tiga
Serangkai tahun 2006 dengan judul Ketika Batu Mulai Bicara yang kemudian menjadi novel pertamanya yang diterbitkan yang kemudian diganti judul menjadi Quraisy Terakhir.
Kerangka Buku : Sebelum Aku Menjadi Istrimu
Pemanasan
Bab 1 : Bersaing dengan Bidadari
Bab 2 : Wanita yang Baik untuk Laki-laki yang Baik
Bab 3 : Ilmu Sebelum Amal
Bab 4 : Siap-siap Action, Yuk !
Bab 5 : Latihan-latihan Penunjang
Bab 6 : Bismillah, Luruskan Niat
Daftar Pustaka
Biodata Penulis
Sinopsis Buku : Sebelum Aku Menjadi Istrimu
Buku
yang mengambil tema Persiapan untuk Menjadi Seorang Istri yang ditulis
oleh salah satu anggota FLP Solo Raya, Mbak Deasylawati Prasetyaningtyas
memang ditujukan untuk para remaja putri yang masih minder buat maju ke
pelaminan atau yang saat ini sedang dalam masa penantian dan sudah
merasa siap untuk menikah, namun masih belum punya gambaran tentang
kehidupan pernikahan yang sesungguhnya itu seperti apa.
Mungkin
ada diantara kamu, para cewek sekalian yang saat ini masih berstatus
sebagai jomblowati yang sebenarnya udah mulai masuk dan bahkan dan udah
masuk usia pernikahan, masih bilang “ belum siap” saat ada orang yang
nanya, “ kapan merit?”. Nggak mau mikirin dulu merit alias nikah lah,
nggak siaplah, takutlah, belum punya ilmu lah, dan lain-lain. Sebenarnya
memang sudah pengin banget merit, kan?. Tapi, sebagian diantara kamu
masih minder dengan status sebagai ‘istri’. Minder dengan tanggung jawab
dan peran dari status tersebut. Minder apakah kamu yakin sudah sanggup
ataukah belum untuk memikul tanggung jawab tersebut. Atau juga bisa
minder karena merasa masih “childish”, masih suka main boneka sambil
nonton film kartun. Atau masih seneng ngelayap ke mana-mana, mampir dari
satu rumah temenmu ke rumah temenmu yang lain. Hingga akhirnya
keluarlah jawaban andalan : “ belum siap” atau “belum mikir ke sana”.
Padahal,
perintah dari Allah dan Rasulnya sudah jelas,lho!. Dalam sebuah hadits
yang diriwayatkan oleh salah satu imam hadits yang mendapatkan rangking
pertama dalam urusan periwayatan hadits, yakni Imam Bukhari.
“
Wahai sekalian pemuda, barangsiapa diantara kalian mampu hendaklah
menikah. Karena ia lebih dapat menundukkan pandangan dan lebih menjaga
kehormatan.” (HR.Bukhari)
Selain itu, kalau
kamu masih juga beralasan bahwa umur kamu masih jauh dari ukuran siap
nikah, langsung deh, jurus ngeles kamu bakal dilibas sama Rasul kita
tercinta, Nabi Muhammad saw. Beliau pernah bersabda bahwa jika seorang
pemuda atau pemudi menikah maka setan akan menangis. Mengapa setan
menangis?, karena dia sudah nggak punya kesempatan lagi buat menggoda si
pemuda atau pemudi yang berani maju untuk nikah itu biar ngebayangin
hal-hal yang nggak jelas, macam pangeran kodok datang ngelamar dia,
gituh!. Yah, kok pangeran kodok sih, kenapa bukan artis korea aja?.
Hahaha.
Maka, untuk kita muslimah yang sedang menanti sang
pangeran yang hendak datang melamar kita simaklah pesan dari Abu
Hurairah ra kepada putrinya:
“Pilihlah bakal suamimu orang yang
bertakwa karena jika dia suka kepadamu, dia mendoakan kebaikan untukmu.
Jika dia tidak menyenangimu, dia tidak akan berlaku zalim terhadapmu.”
Hal senada juga diungkapkan Hasan bin Ali ra kepada seorang laki-laki:
“Kawinkanlah
puterimu dengan laki-laki yang bertakwa sebab jika laki-laki itu
mencintainya maka dia akan memuliakannya, dan jika tidak menyukainya
maka dia tidak akan menzaliminya.”
Seperti
itulah seharusnya, Gals. Untuk mendapatkan sesuatu yang baik memang
kita harus memperbaiki diri agar menjadi lebih baik. Ini juga merupakan
tugas seorang hamba untuk terus memperbaiki dirinya sendiri tanpa
terlalu memikirkan pengakhiran mendapat yang shalih ataupun sebaliknya.
Karena Allah tidak akan menzalimi orang yang senantiasa berusaha ke arah
kebaikan.
Namun, perjalanan pernikahan dan rumah tangga
bukanlah jalan yang mudah, melainkan jalan yang penuh dengan ujian dan
godaan . Jalan berat yang tentunya juga membutuhkan persiapan dan bekal
yang mantap. Oleh karena itu, hendaknya perkara pernikahan ini selalu
dipersiapkan oleh pemuda, jauh sebelum keputusan untuk menikah tersebut
ia jatuhkan. Dengan demikian, ketika ia memutuskan untuk menikah, ia
akan berada pada kondisi matang (masak) secara sempurna, tidak hanya
matang di luarnya saja.
Terkait persiapan untuk menjadi
seorang istri, telah dibahas cukup lengkap pada Bab 3: Ilmu Sebelum
Amal. Pada bab tersebut, penulis menguraikan secara gamblang tentang
Ilmu Pernikahan (meliputi definisi nikah, tujuan pernikahan, hukum
pernikahan, rukun dan syarat sah nikah), Ilmu Manajemen Keuangan, Tips
and Trik Hemat dalam Belanja, Ilmu Psikologi Kepribadian Pasangan, Ilmu
tentang Kehamilan, Persalinan dan Menyusui, Ilmu Pendidikan Anak, Ilmu
Gizi,
Setelah belajar ilmu yang diaplikasikan secara
langsung (secara teori) sudah kamu dapatkan pada bab sebelumnya,
sekarang saatnya melakukan persiapan yang lain yakni persiapan mental,
karena menikah adalah satu langkah menuju tegaknya Khilafah Islamiyah.
Maka, persiapan mental di dalamnya laksana persiapan membangun khilafah
itu sendiri. Sudah semestinya ketika kamu memutuskan untuk menikah, kamu
harus bersiap pula untuk bersikap dewasa. Dewasa dalam menerima segala
kelebihan dan kekurangan pasangan. Oleh karena itu, sebaiknya para
akhwat tidak mematok kriteria tinggi dalam mendapati jodohnya. Karena
pada akhirnya apabila seseorang dengan kriteria seperti itu belum
didapatkan maka yang ada adalah kompromi kompromi mencoreti beberapa
kriteria. Yang pada akhirnya, kelanjutan rumah tangganya akan
menimbulkan kekecewaan terhadap pasangannya tersebut, karena tidak
sesuai dengan impian. Juga dewasa dalam menghadapi pernak-pernik hidup
berumah tangga,karena menjalin rumah tangga bukan hanya menjalin
hubungan antara suami dengan istri, tetapi juga hubungan antar keluarga,
orang tua, mertua, hingga tetangga. Konflik istri dengan mertua,
tetangga, dan lain sebagainya, akan menyulitkan menuju keluarga sakinah,
karena selalu beradu dengan konflik yang tidak perlu.
Dewasa
pula dalam menghadapi kehidupan. Membagi antara aktifitas rumah tangga,
dakwah, dan aktifitas lain, karena Islam tidak mengebiri aktifitas
wanita. Semua potensi wanita layaknya dikembangkan dalam bingkai Islam
sehingga menambah dinamika dan keberkahan dalam rumah tangga tersebut.
Dan yang terpenting adalah dewasa dalam menghadapi perubahan, karena
antara kehidupan lajang dengan berkeluarga adalah dua alam yang berbeda.
Saat lajang begitu mudahnya seseorang menjalani aktifitas yang diingini
tanpa beban, namun saat berkeluarga akan terdapat berbagai
batasan-batasan di satu sisi dan dukungan-dukungan di sisi lain.
Perubahan ini bisa jadi sangat drastis, bisa mengubah segala rencana dan
impian yang telah ada.
Seperti contoh, ada akhwat dari
keluarga berkecukupan menikah dengan ikhwan yang sederhana, Segala
fasilitas yang dahulu didapatnya, kemudian sirna begitu saja. Bila tidak
dewasa dalam memandang permasalahan ini maka bahtera rumah tangga
tersebut bisa berantakan. Istri yang menuntut macam-macam, sementara
sang suami tidak mampu berbuat apa-apa.
Kita layaknya
meneladani sikap istri Umar bin Abdul Aziz, putri khalifah yang
bergelimang kekayaan dan bertabur perhiasan. Namun, ketika sang suami
menjadi khalifah menggantikan ayahandanya, segalanya berubah. Semua
perhiasan dan harta miliknya diserahkan ke Baitul Maal. Bahkan hingga
Umar wafat beliau memilih hidup dalam kemiskinan walaupun telah
ditawarkan untuk mengambil kembali harta yang telah disedekahkannya.
Demikianlah
bahwa begitu banyak potensi wanita, begitu banyak peran wanita yang
bisa diambilnya. Namun, tetaplah Islam mengatur peran wanita pada
porsinya. Tidak mengebiri, tidak pula dibiarkan sebebas-bebasnya.
Sehingga kita kemudian dapat menyaksikan sebuah peradaban yang dibangun
oleh keluarga-keluarga yang sakinah mawaddah warahmah, dibangun oleh
masyarakat yang adil dan terbina sehingga mewujudkan suatu
kesejahteraan, teratur dalam bingkai syari’ah Allah, berjalan beriringan
menggapai ridha illahi.
- Harga bukunya sangat terjangkau jika dibandingkan dengan isi buku yang membahas seputar persiapan untuk menjadi seorang istri secara informatif dan komprehensif.
- Cover yang didominasi warna pink tersebut menunjukkan ‘wanita banget’. Covernya lucu dan menarik, sesuai dengan selera kebanyakan wanita yang menyukai sesuatu yang lucu dan menarik.
- Tema-tema yang sedang in membuat pembaca tidak gampang bosan. Tulisannya dikemas apik dan disertai info-info tambahan yang relevan. Landasan dari Al-Qur’an dan Hadits yang ada dalam buku ini menambah kekuatan informasi yang disampaikannya.
- Dari segi ukuran tulisan juga tidak terlalu kecil, standar, sehingga tidak membuat para pembaca kesulitan untuk membacanya.
- Bahasa yang digunakan juga supel dan komunikatif sehingga cocok untuk remaja yang memasuki usia nikah. Bahasa yang dipakai tidak terkesan menggurui tetapi informatif. Remaja biasanya paling cepat bosan dengan bahasa-bahasa tingkat tinggi dan resmi maka buku ini meramu isinya dengan bahasa yang sekiranya tidak akan membosankan bagi remaja.
- Penempatan bab : Bersaing dengan Bidadari menjadi bab awal sebelum bab-bab yang membahas persiapan dasar untuk menjadi seorang istri dalam buku Sebelum Aku Menjadi Istrimu menjadi bagian yang paling menarik pada buku ini, karena menjadi suatu motivasi tersendiri bagi para muslimah untuk bersemangat mempersiapkan diri menjadi istri yang terbaik untuk suaminya.
- Pembahasan materi tentang Ilmu Psikologi Kepribadian Pasangan yang membuat buku Sebelum Aku Menjadi Istrimu menjadi beda dari kebanyakan buku yang hanya membahas persiapan, tata cara, maupun kehidupan setelah pernikahan. Dengan mempelajari Ilmu Psikologi Kepribadian Pasangan yang bisa membuat para muslimah memahami karakter suaminya terutama saat mengatasi konflik yang terjadi ketika berumah tangga nanti.
Kelemahan Buku : Sebelum Aku Menjadi Istrimu
- Dari sekian ilmu dasar persiapan untuk menjadi seorang istri yang terdapat pada buku Sebelum Aku Menjadi Istrimu seperti Ilmu Pernikahan (meliputi definisi nikah, tujuan pernikahan, hukum pernikahan, rukun dan syarat sah nikah), Ilmu Manajemen Keuangan, Tips and Trik Hemat dalam Belanja, Ilmu Psikologi Kepribadian Pasangan, Ilmu tentang Kehamilan, Persalinan dan Menyusui, Ilmu Pendidikan Anak, Ilmu Gizi, sayangnya tidak ada pembahasan mengenai tahapan proses menikah seperti cara membuat proposal nikah, proses taaruf yang syar’i seperti apa, tata cara sholat istikharah dalam menentukan pasangan hidup yang terbaik, proses lamaran, dan akad nikah serta resepsi yang sesuai syariat islam.
- Buku ini kurang mendalam mengupas persiapan malam pertama (malam zafaf). Kenyataannya, banyak calon mempelai wanita menjadi takut menjelang malam zafaf.
- Buku ini juga tidak membahas cara komunikasi dengan mertua, ipar dan tetangga. Dalam pernikahan, tidak hanya mampu memahami psikologi pasangan semata, tapi juga pandai membawa sikap kepada mertua, ipar dan tetangga. Istri diharapkan luwes dalam berbagai keadaan.
- Pembahasan buku Sebelum Aku Menjadi Istrimu juga akan terlihat menarik jika membahas hal-hal yang bisa perempuan lakukan ketika calon suami merasa minder untuk melamar pujaan hatinya karena kondisi ekonominya yang belum mapan, bagaimana membuat biaya pernikahan menjadi seminimalisir mungkin jika calon pasangan kita belum mapan secara ekonomi .
- Pentingnya pengetahuan mengenai kehamilan, menyusui, pendidikan anak dan ilmu gizi memang dibahas cukup lengkap bahkan detail termasuk pada hal teknis seperti tips agar cepat hamil, tanda kehamilan, tanda dan agar cepat bersalin dan tahap persalinan. Sayangnya melewatkan hal umum yang justru dibutuhkan seorang calon istri. Seperti persiapan dan penjelasan (adab) hubungan suami istri untuk pertama dan selanjutnya sesuai syariat islam tidak dibahas. Mengapa penting, karena di dalam buku ini dibahas tips hamil termasuk posisi hubungan intim.
- Begitupun mengenai ritual menyambut kelahiran secara Islami seperti pemberian nama yang baik, aqiqah dan cukur rambut, menjadi penting diuraikan sebagai langkah awal pendidikan anak secara islami seperti di singgung di halaman 118.
- Pada bab ilmu gizi, penulis melewatkan satu hal yaitu mengenai kehalalan makanan. Menurut saya hal ini lebih penting ditulis dibanding definisi detail dari setiap bahan makanan.
- Mengenai ilmu pendidikan anak (hal 117) yang dibahas cukup panjang, bahasan terasa meloncat, karena milistone bayi dan balita tidak dijelaskan.
Bagian Penutup
Untuk Siapa dan Mengapa Buku ini Dihadirkan
Buku ini diperuntukkan untuk para muslimah yang masih berusia remaja
agar dapat mengisi penantiannya dengan kegiatan yang bermanfaat, salah
satunya dengan mempersiapkan menjadi istri yang sholehah untuk suaminya,
selain itu buku ini juga tidak hanya diperuntukkan untuk para muslimah
yang belum menikah, namun untuk para muslimah yang sudah menikah agar
bisa membina rumah tangganya dengan baik sesuai tatanan syariat islam
dan sebagai bahan untuk mendidik anak terutama putrinya agar bisa
menjadi bidadari dunia yang bisa mengurus suami dan rumah tangganya.
" Maukah aku beritahu harta yang paling baik yang dimiliki seseorang ? Yaitu wanita yang salihah, kalau dipandang menumbuhkan kebahagiaan, kalau kamu suruh dia patuh, kalau ditinggal pergi dia dapat menjaga diri. " (HR. Abu Daud dan Ibnu Abbas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar