Cari Blog Ini

Kamis, 26 Februari 2015

[Resensi Buku] Sebelum Aku Menjadi Istrimu - Deasylawati P

Peresensi : Astri Irma Yunita 

Cover Buku - Sebelum Aku Menjadi Istrimu


Data Buku :
Judul Buku : Sebelum Aku Menjadi Istrimu
Penulis : Deasylawati Prasetyaningtyas
Penerbit : Indiva
Tahun Terbit : 2013
Tebal Halaman : 224 Halaman
No. ISBN : 978-602-8277-71-6
Kategori : Islam; Pengembangan Diri
Harga Buku : Rp. 21.250,-

Bagian I : Pendahuluan
Latar Belakang Penulis
Deasylawati Prasetyaningtyas lahir di Magelang, 2 Desember 1984. Putri ke-2 pasangan Tiono Hadi Suprapto dan Endang Sriyatun ini mulai aktif menulis sejak bergabung dengan Forum Lingkar Pena (FLP) Solo Raya pada bulan Agustus 2005. Awal ia mengirimkan naskah ceritanya adalah dalam lomba novellet yang diadakan oleh Majalah Muslimah tahun 2004. Dari lomba tersebut, istri dari Eka Adi Nugraha, S.Pd.I ini berhasil meraih penghargaan pertama dengan judul Alasan untuk Kembali (Juli,2005). Beberapa karya ibu empat anak ini pernah dimuat di Koran SOLOPOS dan Majalah Gizone. Ia juga menjadi Juara 1 Lomba Penulisan Novel Remaja Islam Tiga Serangkai tahun 2006 dengan judul Ketika Batu Mulai Bicara yang kemudian menjadi novel pertamanya yang diterbitkan yang kemudian diganti judul menjadi Quraisy Terakhir.

Bagian II : Isi Resensi
Kerangka Buku : Sebelum Aku Menjadi Istrimu
Pemanasan
Bab 1 : Bersaing dengan Bidadari
Bab 2 : Wanita yang Baik untuk Laki-laki yang Baik
Bab 3 : Ilmu Sebelum Amal
Bab 4 : Siap-siap Action, Yuk !
Bab 5 : Latihan-latihan Penunjang
Bab 6 : Bismillah, Luruskan Niat
Daftar Pustaka
Biodata Penulis

Sinopsis Buku : Sebelum Aku Menjadi Istrimu
Buku yang mengambil tema Persiapan untuk Menjadi Seorang Istri yang ditulis oleh salah satu anggota FLP Solo Raya, Mbak Deasylawati Prasetyaningtyas memang ditujukan untuk para remaja putri yang masih minder buat maju ke pelaminan atau yang saat ini sedang dalam masa penantian dan sudah merasa siap untuk menikah, namun masih belum punya gambaran tentang kehidupan pernikahan yang sesungguhnya itu seperti apa.  

Mungkin ada diantara kamu, para cewek sekalian yang saat ini masih berstatus sebagai jomblowati yang sebenarnya udah mulai masuk dan bahkan dan udah masuk usia pernikahan, masih bilang “ belum siap” saat ada orang yang nanya, “ kapan merit?”. Nggak mau mikirin dulu merit alias nikah lah, nggak siaplah, takutlah, belum punya ilmu lah, dan lain-lain. Sebenarnya memang sudah pengin banget merit, kan?. Tapi, sebagian diantara kamu masih minder dengan status sebagai ‘istri’. Minder dengan tanggung jawab dan peran dari status tersebut. Minder apakah kamu yakin sudah sanggup ataukah belum untuk memikul tanggung jawab tersebut. Atau juga bisa minder karena merasa masih “childish”, masih suka main boneka sambil nonton film kartun. Atau masih seneng ngelayap ke mana-mana, mampir dari satu rumah temenmu ke rumah temenmu yang lain. Hingga akhirnya keluarlah jawaban andalan : “ belum siap” atau “belum mikir ke sana”.

Padahal, perintah dari Allah dan Rasulnya sudah jelas,lho!. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh salah satu imam hadits yang mendapatkan rangking pertama dalam urusan periwayatan hadits, yakni Imam Bukhari.
“ Wahai sekalian pemuda, barangsiapa diantara kalian mampu hendaklah menikah. Karena ia lebih dapat menundukkan pandangan dan lebih menjaga kehormatan.” (HR.Bukhari)

Selain itu, kalau kamu masih juga beralasan bahwa umur kamu masih jauh dari ukuran siap nikah, langsung deh, jurus ngeles kamu bakal dilibas sama Rasul kita tercinta, Nabi Muhammad saw. Beliau pernah bersabda bahwa jika seorang pemuda atau pemudi menikah maka setan akan menangis. Mengapa setan menangis?, karena dia sudah nggak punya kesempatan lagi buat menggoda si pemuda atau pemudi yang berani maju untuk nikah itu biar ngebayangin hal-hal yang nggak jelas, macam pangeran kodok datang ngelamar dia, gituh!. Yah, kok pangeran kodok sih, kenapa bukan artis korea aja?. Hahaha.

Maka, untuk kita muslimah yang sedang menanti sang pangeran yang hendak datang melamar kita simaklah pesan dari Abu Hurairah ra kepada putrinya:
“Pilihlah bakal suamimu orang yang bertakwa karena jika dia suka kepadamu, dia mendoakan kebaikan untukmu. Jika dia tidak menyenangimu, dia tidak akan berlaku zalim terhadapmu.”
Hal senada juga diungkapkan Hasan bin Ali ra kepada seorang laki-laki:
“Kawinkanlah puterimu dengan laki-laki yang bertakwa sebab jika laki-laki itu mencintainya maka dia akan memuliakannya, dan jika tidak menyukainya maka dia tidak akan menzaliminya.”  

Seperti itulah seharusnya, Gals. Untuk mendapatkan sesuatu yang baik memang kita harus memperbaiki diri agar menjadi lebih baik. Ini juga merupakan tugas seorang hamba untuk terus memperbaiki dirinya sendiri tanpa terlalu memikirkan pengakhiran mendapat yang shalih ataupun sebaliknya. Karena Allah tidak akan menzalimi orang yang senantiasa berusaha ke arah kebaikan.

Namun, perjalanan pernikahan dan rumah tangga bukanlah jalan yang mudah, melainkan jalan yang penuh dengan ujian dan godaan . Jalan berat yang tentunya juga membutuhkan persiapan dan bekal yang mantap. Oleh karena itu, hendaknya perkara pernikahan ini selalu dipersiapkan oleh pemuda, jauh sebelum keputusan untuk menikah tersebut ia jatuhkan. Dengan demikian, ketika ia memutuskan untuk menikah, ia akan berada pada kondisi matang (masak) secara sempurna, tidak hanya matang di luarnya saja.

Terkait persiapan untuk menjadi seorang istri, telah dibahas cukup lengkap pada Bab 3: Ilmu Sebelum Amal. Pada bab tersebut, penulis menguraikan secara gamblang tentang Ilmu Pernikahan (meliputi definisi nikah, tujuan pernikahan, hukum pernikahan, rukun dan syarat sah nikah), Ilmu Manajemen Keuangan, Tips and Trik Hemat dalam Belanja, Ilmu Psikologi Kepribadian Pasangan, Ilmu tentang Kehamilan, Persalinan dan Menyusui, Ilmu Pendidikan Anak, Ilmu Gizi,

Setelah belajar ilmu yang diaplikasikan secara langsung (secara teori) sudah kamu dapatkan pada bab sebelumnya, sekarang saatnya melakukan persiapan yang lain yakni persiapan mental, karena menikah adalah satu langkah menuju tegaknya Khilafah Islamiyah. Maka, persiapan mental di dalamnya laksana persiapan membangun khilafah itu sendiri. Sudah semestinya ketika kamu memutuskan untuk menikah, kamu harus bersiap pula untuk bersikap dewasa. Dewasa dalam menerima segala kelebihan dan kekurangan pasangan. Oleh karena itu, sebaiknya para akhwat tidak mematok kriteria tinggi dalam mendapati jodohnya. Karena pada akhirnya apabila seseorang dengan kriteria seperti itu belum didapatkan maka yang ada adalah kompromi kompromi mencoreti beberapa kriteria. Yang pada akhirnya, kelanjutan rumah tangganya akan menimbulkan kekecewaan terhadap pasangannya tersebut, karena tidak sesuai dengan impian. Juga dewasa dalam menghadapi pernak-pernik hidup berumah tangga,karena menjalin rumah tangga bukan hanya menjalin hubungan antara suami dengan istri, tetapi juga hubungan antar keluarga, orang tua, mertua, hingga tetangga. Konflik istri dengan mertua, tetangga, dan lain sebagainya, akan menyulitkan menuju keluarga sakinah, karena selalu beradu dengan konflik yang tidak perlu.

Dewasa pula dalam menghadapi kehidupan. Membagi antara aktifitas rumah tangga, dakwah, dan aktifitas lain, karena Islam tidak mengebiri aktifitas wanita. Semua potensi wanita layaknya dikembangkan dalam bingkai Islam sehingga menambah dinamika dan keberkahan dalam rumah tangga tersebut. Dan yang terpenting adalah dewasa dalam menghadapi perubahan, karena antara kehidupan lajang dengan berkeluarga adalah dua alam yang berbeda. Saat lajang begitu mudahnya seseorang menjalani aktifitas yang diingini tanpa beban, namun saat berkeluarga akan terdapat berbagai batasan-batasan di satu sisi dan dukungan-dukungan di sisi lain. Perubahan ini bisa jadi sangat drastis, bisa mengubah segala rencana dan impian yang telah ada.  

Seperti contoh, ada akhwat dari keluarga berkecukupan menikah dengan ikhwan yang sederhana, Segala fasilitas yang dahulu didapatnya, kemudian sirna begitu saja. Bila tidak dewasa dalam memandang permasalahan ini maka bahtera rumah tangga tersebut bisa berantakan. Istri yang menuntut macam-macam, sementara sang suami tidak mampu berbuat apa-apa.

Kita layaknya meneladani sikap istri Umar bin Abdul Aziz, putri khalifah yang bergelimang kekayaan dan bertabur perhiasan. Namun, ketika sang suami menjadi khalifah menggantikan ayahandanya, segalanya berubah. Semua perhiasan dan harta miliknya diserahkan ke Baitul Maal. Bahkan hingga Umar wafat beliau memilih hidup dalam kemiskinan walaupun telah ditawarkan untuk mengambil kembali harta yang telah disedekahkannya.

Demikianlah bahwa begitu banyak potensi wanita, begitu banyak peran wanita yang bisa diambilnya. Namun, tetaplah Islam mengatur peran wanita pada porsinya. Tidak mengebiri, tidak pula dibiarkan sebebas-bebasnya. Sehingga kita kemudian dapat menyaksikan sebuah peradaban yang dibangun oleh keluarga-keluarga yang sakinah mawaddah warahmah, dibangun oleh masyarakat yang adil dan terbina sehingga mewujudkan suatu kesejahteraan, teratur dalam bingkai syari’ah Allah, berjalan beriringan menggapai ridha illahi.


Keunggulan Buku : Sebelum Aku Menjadi Istrimu
  1. Harga bukunya sangat terjangkau jika dibandingkan dengan isi buku yang membahas seputar persiapan untuk menjadi seorang istri secara informatif dan komprehensif.
  2. Cover yang didominasi warna pink tersebut menunjukkan ‘wanita banget’. Covernya lucu dan menarik, sesuai dengan selera kebanyakan wanita yang menyukai sesuatu yang lucu dan menarik.
  3. Tema-tema yang sedang in membuat pembaca tidak gampang bosan. Tulisannya dikemas apik dan disertai info-info tambahan yang relevan. Landasan dari Al-Qur’an dan Hadits yang ada dalam buku ini menambah kekuatan informasi yang disampaikannya.
  4. Dari segi ukuran tulisan juga tidak terlalu kecil, standar, sehingga tidak membuat para pembaca kesulitan untuk membacanya.
  5. Bahasa yang digunakan juga supel dan komunikatif sehingga cocok untuk remaja yang memasuki usia nikah. Bahasa yang dipakai tidak terkesan menggurui tetapi informatif. Remaja biasanya paling cepat bosan dengan bahasa-bahasa tingkat tinggi dan resmi maka buku ini meramu isinya dengan bahasa yang sekiranya tidak akan membosankan bagi remaja.
  6. Penempatan bab : Bersaing dengan Bidadari menjadi bab awal sebelum bab-bab yang membahas persiapan dasar untuk menjadi seorang istri dalam buku Sebelum Aku Menjadi Istrimu menjadi bagian yang paling menarik pada buku ini, karena menjadi suatu motivasi tersendiri bagi para muslimah untuk bersemangat mempersiapkan diri menjadi istri yang terbaik untuk suaminya.
  7. Pembahasan materi tentang Ilmu Psikologi Kepribadian Pasangan yang membuat buku Sebelum Aku Menjadi Istrimu menjadi beda dari kebanyakan buku yang hanya membahas persiapan, tata cara, maupun kehidupan setelah pernikahan. Dengan mempelajari Ilmu Psikologi Kepribadian Pasangan yang bisa membuat para muslimah memahami karakter suaminya terutama saat mengatasi konflik yang terjadi ketika berumah tangga nanti.

Kelemahan Buku : Sebelum Aku Menjadi Istrimu

  1. Dari sekian ilmu dasar persiapan untuk menjadi seorang istri yang terdapat pada buku Sebelum Aku Menjadi Istrimu seperti Ilmu Pernikahan (meliputi definisi nikah, tujuan pernikahan, hukum pernikahan, rukun dan syarat sah nikah), Ilmu Manajemen Keuangan, Tips and Trik Hemat dalam Belanja, Ilmu Psikologi Kepribadian Pasangan, Ilmu tentang Kehamilan, Persalinan dan Menyusui, Ilmu Pendidikan Anak, Ilmu Gizi, sayangnya tidak ada pembahasan mengenai tahapan proses menikah seperti cara membuat proposal nikah, proses taaruf yang syar’i seperti apa, tata cara sholat istikharah dalam menentukan pasangan hidup yang terbaik, proses lamaran, dan akad nikah serta resepsi yang sesuai syariat islam.
  2. Buku ini kurang mendalam mengupas persiapan malam pertama (malam zafaf). Kenyataannya, banyak calon mempelai wanita menjadi takut menjelang malam zafaf.
  3. Buku ini juga tidak membahas cara komunikasi dengan mertua, ipar dan tetangga. Dalam pernikahan, tidak hanya mampu memahami psikologi pasangan semata, tapi juga pandai membawa sikap kepada mertua, ipar dan tetangga. Istri diharapkan luwes dalam berbagai keadaan.
  4. Pembahasan buku Sebelum Aku Menjadi Istrimu juga akan terlihat menarik jika membahas  hal-hal yang bisa perempuan lakukan ketika calon suami merasa minder untuk melamar pujaan hatinya karena kondisi ekonominya yang belum mapan, bagaimana membuat biaya pernikahan menjadi seminimalisir mungkin jika calon pasangan kita belum mapan secara ekonomi .
  5. Pentingnya pengetahuan mengenai kehamilan, menyusui, pendidikan anak dan ilmu gizi memang dibahas cukup lengkap bahkan detail termasuk pada hal teknis seperti tips agar cepat hamil, tanda kehamilan, tanda dan agar cepat bersalin dan tahap persalinan. Sayangnya melewatkan hal umum yang justru dibutuhkan seorang calon istri. Seperti persiapan dan penjelasan (adab) hubungan suami istri untuk pertama dan selanjutnya sesuai syariat islam tidak dibahas.  Mengapa penting, karena di dalam buku ini dibahas tips hamil termasuk posisi hubungan intim.
  6. Begitupun mengenai ritual menyambut kelahiran secara Islami seperti pemberian nama yang baik, aqiqah dan cukur rambut, menjadi penting diuraikan sebagai langkah awal pendidikan anak secara islami seperti di singgung di halaman 118.
  7. Pada bab ilmu gizi, penulis melewatkan satu hal yaitu mengenai kehalalan makanan. Menurut saya hal ini lebih penting ditulis dibanding definisi detail dari setiap bahan makanan.
  8. Mengenai ilmu pendidikan anak (hal 117) yang dibahas cukup panjang, bahasan terasa meloncat, karena milistone bayi dan balita tidak dijelaskan.

Bagian Penutup
Untuk Siapa dan Mengapa Buku ini Dihadirkan 

 
Buku ini diperuntukkan untuk para muslimah yang masih berusia remaja agar dapat mengisi penantiannya dengan kegiatan yang bermanfaat, salah satunya dengan mempersiapkan menjadi istri yang sholehah untuk suaminya, selain itu buku ini juga tidak hanya diperuntukkan untuk para muslimah yang belum menikah, namun untuk para muslimah yang sudah menikah agar bisa membina rumah tangganya dengan baik sesuai tatanan syariat islam dan sebagai bahan untuk mendidik anak terutama putrinya agar bisa menjadi bidadari dunia yang bisa mengurus suami dan rumah tangganya. 

" Maukah aku beritahu harta yang paling baik yang dimiliki seseorang ? Yaitu wanita yang salihah, kalau dipandang menumbuhkan kebahagiaan, kalau kamu suruh dia patuh, kalau ditinggal pergi dia dapat menjaga diri. " (HR. Abu Daud dan Ibnu Abbas)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar