[Resensi Buku] Catatan Sang Mantan Jomblo - Fathonah Fitrianti :
Peresensi : Astri Irma Yunita
Judul Resensi : Sebelum Engkau Meninggalkan Masa Lajangmu
Data Buku :
Judul Buku : Catatan Sang Mantan Jomblo
Penulis : Fathonah Fitrianti
Editor : N. Luky Andari
Penerbit : PT Elex Media Komputindo
Tahun Terbit : 2014
No ISBN : 978-602-02-5147-9
Kategori : Pengembangan Diri
Tebal Buku : viii + 109 halaman
Harga Buku : Rp.28.800,-
Tentang Penulis :
Fathonah
Fitrianti itulah nama penulis yang lebih akrab dipanggil dengan nama
Ine. Ia lahir tahun 1984. Mengamati dunia percintaan dan relasi antar
pria dan wanita adalah hobinya. Melewati masa SI (Single) dengan
berbagai macam pengalaman sensasi perasaan dan perilaku orang jatuh
cinta. Mul. ai mencari jodoh sejak lulus kuliah tahun 2007
Kerangka Buku Catatan Sang Mantan Jomblo
Pendahuluan
- Menikah Itu
- Proses Menuju Pernikahan, Proses Pendidikan Alami untuk Mendewasakan Diri
- Mencari Jodoh seperti Mencari Rumah
- Tahapan Proses Menikah
- Aku Mengenal Diri, Maka Aku Mengenali Sosok Pasangan Hidup yang Kubutuhkan
- Haruskah Ada Cinta Dulu ?
- Sehatkah Cintaku Padanya?
- Jangan “Tertipu”
- Modal Pria : Mental Penjemput Rezeki
- Bantulah Calon Suami
- Mau Nembak Nikah ???
- Ketika Kamu Patah Hati
- Keputusanmu adalah PIlihanmu dan Tanggung Jawabmu
- Penghambat Datangnya Jodoh
- Makna Bersabar dalam Penantian Jodoh
Kisahku
Ketika Pagi itu Datang
Tentang Penulis
Ulasan Tentang Buku Catatan Sang Mantan Jomblo
“ Apa Kata Mereka tentang Buku Catatan Sang Mantan Jomblo”
- Arif Rahman Lubis (Founder @TeladanRasul) : “ Buku CSMJ : Menjemput Jodoh Idaman Bagus. Bahasanya simple dan mudah dicerna. Penulis mengupas sisi pernikahan dari sisi yang tak banyak didapati di buku-buku lain. Insya Allah bermanfaat bafi para pembaca.”
- Elya Wardah (Relawan KORSA, Salman ITB) : “Bagus banget, realistis, dan tidak Mengawang-ngawang.”
- Kiki Barkiah (Pendiri Homeschooling Al Kindi Mahardika Batam) : “Begitu banyak buku yang bercerita tentang hukum, adab, tata cara, dan filosofi pernikahan, namun sangat jarang buku yang mengupas tentang “ tetek bengek” realitas yang akan dihadapi saat dan setelah menikah. “Buku ini benar-benar mengupas hal yang tidak dipikirkan para penulis buku pernikahan lainnya.
- Tri Budi Yuan Kuaile (Aktivis dan Penulis) : “Ceritanya memotivasi untuk terus semangat berusaha menjadi pribadi yang baik. Selain itu juga mengajarkan untuk tidak geer kalau ada lawan jenis yang perhatian dan bagaimana cara memilih calon suami yang baik.”
Sinopsis Buku : Catatan Sang Mantan Jomblo
Sebelum Engkau Meninggalkan Masa Lajangmu
Bersatu
dengan jodoh impian, itulah yang setiap orang harapkan. Mungkin banyak
orang memandang bahwa jodoh idaman ialah yang berwajah rupawan,
berpenampilan menawan, dan berpenghasilan jutaan, Mungkin ada yang juga
yang terbuai candaan, terayu gombalan hingga timbul rasa cinta, sehingga
mengambil kesimpulan bahwa dialah jodoh impiannya. Buku yang membahas
bagaimana caranya menjemput jodoh impian yang ditulis oleh Fathonah
Fitrianti yang lebih akrab dipanggil dengan nama Ine, diambil
berdasarkan pengalamannya yang cukup membawa pelajaran bagaimana
mengenali sosok jodoh impian, Paradigma dan sikap diri apa yang perlu
dibangun agar siap untuk menjalani kehidupan pernikahan, Proses apa yang
harus dijalanu ketika kita dipertemukan dengan sang jodoh impian inilah
yang ingin dibagikan oleh si penulis Fathonah Fitrianti sebagai sang
mantan jomblo.
Pembahasan pertama pada buku ini penulis
ingin mengajak para pembaca untuk mengintip jendela pernikahan secara
gamblang. Bahwa Menikah berbeda dengan Pacaran. Jika Pacaran,
masing-masing pasangan berusaha meng-cover diri masing-masing dengan
berusaha menyembunyikan kekurangan dan keburukan diri sendiri dan
bersenang-senang dengan canda, cumbu, dan rayuan palsu, sedangkan
Menikah bukanlah sebuah peristiwa insidental yang manis bersama pasangan
melainkan hidup bersama pasangan, melainkan hidup bersama melewati
kebahagiaan, tantangan, dan kesusahan. Sepanjang hidup bersama dirinya
dengan kelebihan dan kekurangannya. Jika dalam Pacaran, mungkin bagi
pria sama sekali tidak memikirkan pengeluaran seperti kencan, nonton dan
lainnya, karena memakai uang yang diberikan orang tuanya secara
cuma-cuma atau mungkin berbohong kepada orang tuanya alias korupsi uang
yang diberikan mereka untuk pendidikannya tapi malah digunakan untuk
mengencani sang wanita, sedangkan Menikah bukanlah pengeluaran
insidental seperti sesekali mentraktir tapi pria menafkahi keluarganya
sepanjang hayatnya. Dalam artian, menafkahi ini bukan hal yang sifatnya
sesekali, tapi memastikan keluarganya bisa makan setiap hari, tercukupi
kebutuhannya dan sejahtera, Dan Menikah bukanlah seperti Pacaran yang
hanya mencari teman untuk asyik-asyikkan, melainkan menemukan mitra
hidup yang tepat. Pria yang akan menjadi imam bagi keluarganya dan
wanita yang akan jadi ibu bagi anak-anaknya. Karena sesungguhnya
kehidupan pernikahan menuntut kita untuk mengembangkan cara
berkomunikasi ketika menghadapi masalah, cara berdiskusi ketika melihat
perbedaan pandangan, cara menjaga lisan ketika emosi.
Menikah
berarti ada tanggung jawab yang akan kita pikul, ada konsekuensi alami
yang harus kita jalani, ada pasangan hidup yang harus kita pertimbangkan
perasaan dan kebahagiaannya, ada perbedaan dan masalah yang perlu kita
selesaikan dengan hati tenang dan pikiran jernih, dan ada berbagai
keperluan hidup yang perlu dibiayai. Wal hasil, ketika memutuskan untuk
menikah, kita jadi harus mempersiapkan hati, mental, pemikiran, dan diri
kita secara sadar dan tanggung jawab. Siap menerima dan mengambil
tanggung jawab. Bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan keputusan
yang diambil. Siap dalam menghadapi dan menerima realitas, mampu
mengendalikan ego dan emosi. Ketika sedang menjalani proses menuju
pernikahan, ada beberapa hal yang meningkat dari diri seseorang yaitu
lebih mengenal dan mengevaluasi dirinya sendiri, lebih siap menghadapi
realitas kehidupan, lebih bertanggung jawab secara ekonomi, lebih
toleran terhadap orang lain, lebih terbuka dengan perbedaan pandangan,
lebih pandai mengelola ego dan emosi, lebih mempersiapkan diri menjadi
Ayah atau Ibu, lebih peduli dengan perasaan orang lain dan tidak egosi,
lebih siap bekerja sama dan berkomunikasi, dan lebih mendekatkan diri
pada Allah tentunya.
Saat mengambil keputusan untuk
menikah, ada baiknya kita mengenali diri kita terlebih dahulu. Kenali
visi dan misi hidup kita, rencana hidup kita ke depan, karakter kita,
kelemahan kita,penyakit kita dan pandangan kita tentang pernikahan.
Penting juga untuk mengenali hal-hal yang kita harapkan dari pasangan.
Juga mengenali hal-hal yang bisa ditoleransi. Misalnya, saja terkait
kerapian, keaktifan istri, kebiasaan merokok, dan sebagainya, Adapun
pandangan kita biasanya dipengaruhi oleh pengalaman, kebiasaan,
lingkungan, dan sebagainya. Dan ketika niatan kita memang serius untuk
menikah, tahap perkenalan ini bisa dilalui relatf singkat?. Mengapa?
Karena, fokus kita mengenal apa dia bisa menjadi pasangan hidup yang
selaras, bukan fokus membangun perasaan. Obrolan kita jadi lebih
terarah yaitu dalam konteks saling mengenal tanpa melebar ke sana
kemari. Kita tidak perlu menyentuh sang calon untuk lebih mengenalnya,
bukan?. Wal hasil kita menentukan mau lanjut proses menuju menikah atau
tidak dengan pertimbangan akal sehat bukan karena terlanjur sayang.
Niat
kita untuk menikah ialah menemukan pasangan yang bisa hidup selaras
yang kelebihan maupun kekurangannya siap untuk kita terima dan ambil
konsekuensinya. Oleh karena itu, sejak awal proses perkenalan dengan
pasangan cobalah untuk saling terbuka tentang diri masing-masing. Bukan
ingin tampak sangat sempurna agar tidak ditolak sang calon. Dalam proses
perkenalan, untuk pria hal lain yang biasanya dieksplorasi ialah
tentang rencana menafkahi keluarga. Salah satu hal yang perlu
digarisbawahi ialah mental penjemput rezeki dan bertanggung jawab. Kita
juga bisa menanyakan kepada calon pasangan terkait pandangannya mengenai
peran istri/suami termasuk dalam tugas rumah tangga dan pengasuhan
anak, pengaturan keuangan keluarga, status penghasilan suami/istri
setelah menikah, peran suami/istri dalam menopang kebutuhan keluarga,
bolehkah jika istri bekerja setelah menikah, bolehkah jika bersekolah
lagi, dan hal lainnya yang dianggap perlu untuk diketahui. Dan jika
dalam tahap perkenalan dengan pasangan, ada ganjalan dan prasangka di
hati, konfirmasikanlah sebelum nikah, karena ganjalan di hati ini bisa
berkembang menjadi prasangka buruk dan sumber konflik. Ada beberapa hal
yang perlu ditanyakan dan tak perlu ditanyakan, karena ganjalan hati dan
kondisi tiap orang berbeda. Bila tidak sreg dengan calon pada tahap
ini, kita bisa hentikan proses perkenalan, berteman saja lalu mencari
calon lain. Namun, bila sreg kita bisa lanjut ke tahap pengenalan lebih
jauh tentang keluarga dan kunjungan ke keluarga masing-masing.
Selain
memperkenalkan diri, kita pun perlu menyampaikan kondisi keluarga
masing-masing karena ini turut mempengaruhi penerimaan dan kesiapan
masing-masing. Kita bisa melakukan kunjungan ke rumah calon untuk
berkenalan dan mengobrol dengan orang tuanya. Begitu pula sang calin
mengunjungi orang tua kita. Selain untuk menjalin silaturahim dan lebih
saling mengenal, kita juga bisa mengetahui penerimaan calon mertua.
Dengan kunjungan ini, kita juga jadi lebih tenang karena sudah tahu
bahwa sang calon jelas di mana tinggalnya dan jelas siapa orang tuanya.
Jika kita dan orang tua bisa menerima – setelah mendapatkan penggambaran
kondisi orang tua calon memberikan sinyal positif, maka tahap
berikutnya ialah saling mengunjungi keluarga. Hal ini untuk menegaskan
kembali penerimaan dari masing-masing keluarga dan menyambung ikatan
silaturahim. Namun, bila orang tua belum memberikan sinyal positif
sedangkan kamu tetap mantap dengan sang calon, berarti saatnya kita
memberi pengertian kepada orang tua. Menenangkan kekhawatiran mereka,
menunjukkan argument mengapa kita mantap memilihnya. Adapun. Salah satu
manfaat mengomunikasikan kondisi keluarga calon ialah baik kta maupun
keluarga bisa tahu dan lebih siap mentalnya dalam menerima. Penerimaan
sejak awal akan meminimalisasi potensi konflik di masa depan dan
menguatkan dukungan keluarga dalam berbagai permasalahan.
Setelah
melalui rangkaian proses ikhtiar dan doa berserah dirilah pada
keputusan Allah, karena Allah lah yang mengetahui sosok yang terbaik
bagi kita. Memohonlah kepada Allah terkait calon pasangan kita. Apakah
dia akan baik bagi hidup dan agama kita?. Istikharah ini sebaiknya
dilakukan sepanjang proses menuju pernikahan, mulai dari awal hingga
hari H. Petunjuk dari istikharah ini bisa berupa kemantapan atau
keraguan hati, kemajuan atau kemunduran proses, ditunjukkan kebaikannya
atau keburukannya, munculnya ketenteraman atau keresahan hati, dan
tersedia atau tidaknya jalan keluar serta kekuatan ketika menghadapi
jalan buntu.
Ketika sedang berproses menuju pernikahan,
mungkin kita dipertemukan dengan orang lain yang lebih menarik hati.
Keputusan menerima atau menolak calonmu sekarang laluilah dengan proses
perkenalan, diskusi, dan kompromi, sehingga pada akhirnya kamu yakin
untuk melanjutkan atau tidak proses tersebut. Andai keputusannya tidak
melanjutkan pun bukan karena faktor pihak luar (orang lain yang lebih
menarik), tetapi lebih karena faktor dari diri calon tersebut.
Dalam
mekanisme jodoh, jika bukan jodohnya, bisa jadi kita yang menolak, bisa
pula kita yang ditolak. Kalau pun kita tidak jadi dengan seseorang,
berarti bukan jodohnya. Mungkin itu petunjuk dari Allah bahwa dia bukan
yang terbaik bagi kita, meski di mata dan di hati bahwa dia adalah sosok
yang sempurna. Ketika hasilnya tidak berjodoh, apa yang perlu kita
lakukan ? . Pertama, kita harus mensyukuri dan berhusnuzan pada
ketetapan Allah bahwa dia bukan yang terbaik bagi kita. Kedua, meyakini
dengan tetap memohon agar Allah memberikan pengganti yang lebih baik
baik bagi kita. Ketiga, selalu memperbaiki diri dan mengambil hikmah
dari setiap peristiwa. Meski akhirnya tidak jadi dengannya, jadikanlah
proses yang telah kita lalui sebagai sarana pendidikan dan pelatihan
dari Allah agar kita lebih dewasa dan lebih siap untuk menjalani
kehidupan pernikahan. Begitupun ketika hasilnya adalah menikah
dengannya, kita harus bersyukur dengan meyakini bahwa dia adalah yang
terbaik dari Allah. Bertanggung jawablah dengan keputusan yang telah
dipilih. Berusaha untuk membangun keluarga yang sakinah, mawaddah dan
warahmah dengan menjalankan sunnatullahNya. Misalnya dengan selalu
menjaga untuk saling membahagiakan, ketika emosi saling menjaga sikap
dan lisan kepada pasangan. Mengomunikasikan masalah dengan baik dan
menghindari sikap menghakimi dan saling menyalahkan.
Analisis Buku Catatan Sang Mantan Jomblo
Keunggulan Buku : Catatan Sang Mantan Jomblo
- Harga buku sangat terjangkau jika dibandingkan dengan isi buku yang membahas sisi pernikahan secara real dan menarik dari berbagai sudut pandang yang biasa ditemui di kehidupan sehari-hari.
- Bahasa yang disajikan dalam buku ini ringan dan lugas yakni membahas tentang bagaimana menjemput jodoh impian, paradigm dan sikap yang harus kita bangun, hingga proses yang harus dijalani menuju pernikahan.
- Buku ini juga sangat cocok dibaca bagi semua kalangan, penuis mengupas sisi persiapan pernikahan secara konkret yakni realitas yang akan dihadapi saat mempersiapkan pernikahan dan setelah pernikahan yang tak banyak didapati di buku-buku lain yang membahas masalah yang sejenis.
- Buku ini juga dilengkapi dengan diagram alir yakni Skema Tahapan Proses Menikah (Hal 31) yang dimana memuat secara runtut dan sistematis proses ta’aruf yang syar’i.
- Kelebihan lain pada buku ini adalah penulis tahu hal-hal mana saja yang penting untbuk ditegaskan kepada pembaca, hal ini ditandai dengan adanya pembuatan tabel yang merupakan poin-poin penting yang disimpulkan dalam setiap pembahasan yang ada pada buku CSMJ, lalu dengan catatan yang dibuat menonjol dan berbeda serta karakter penulisan mulai dari jenis huruf dan size serta penebalan huruf ketika ada poin penting atau penarikan kesimpulan yang memudahkan embaca dalam memahami setiap pembahasan yang disajikan pada tiap-tiap babnya.
Kekurangan Buku : Catatan Sang Mantan Jomblo
- Ketika judul yang ingin diajukan adalah Catatan Sang Mantan Jomblo yakni buku yang memuat bagaimana proses menjemput jodoh impian, ada baiknya setiap pembahasan yang ada pada buku ini disusun mulai dari proses penantian bagi para remaja yang masih single (memegang teguh prinsip untuk tidak berpacaran) atau bagi para remaja yang masih berpacaran lalu setelah itu pembahasan berlanjut tentang bagaimana cara menjemput jodoh impian yang syar’i dan disusul dengan tahapan proses menikah sendiri. Jadi, kalau berdasarkan daftar isi, pembahasannya bisa disusun seperti ini Makna Bersabar dalam Penantian Jodoh, Mencari Jodoh seperti Mencari Rumah, Aku Mengenal Diri, Maka Aku Mengenali Sosok Pasangan Hidup yang Kubutuhkan, Penghambat Datangnya Jodoh, Sehatkah Cintaku Padanya?, Keputusanmu adalah Pilihanmu dan Tanggung Jawabmu, Jangan “Tertipu”, Haruskah Ada Cinta Dulu?, Mau Nembak Nikah???, Ketika Kamu Patah Hati, Modal Pria: Mental Penjemput Rezeki, Bantulah Calon Suami, Tahapan Proses Menikah, Menikah Itu – Proses Mendewasakan Diri, Kisahku, Ketika Pagi Itu Datang.
- Dalam pembahasan Tahapan Proses Menikah, seharusnya dicantumkan format proposal nikah yang biasa digunakan untuk proses ta’aruf secara umum, sehingga pembaca ada gambaran mengenai pembuatan proposal nikah lalu pembahasan terkait tes kesehatan pra nikah yang biasanya juga disinggung ketika ta’aruf harusnya dimuat dalam pembahasan Tahapan Proses Menikah.
- Buku Catatan Sang Mantan Jomblo akan menjadi menarik jika disisipi dengan pembahasan terkait ilmu-ilmu yang harus dipersiapkan sebelum melangkah ke pernikahan seperti Ilmu Manajemen Keuangan yang membahas peran istri sebagai menteri keuangan rumah tangga , kunci mengelola keuangan, tips dan trik hemat dalam belanja, Ilmu Psikologi Kepribadian Pasangan yang juga tak kalah pentingnya agar bisa menjaga tutur kata dan sikap terhadap pasangan, Ilmu tentang Kehamilan, Persalinan, dan Menyusui, Ilmu Pendidikan Anak, Ilmu Gizi, dan masih banyak lagi yang membahas tentang ilmu dasar yang harus dipersiapkan bagi para pria dan wanita untuk menjadi suami dan istri.
- Pada pembahasan Tahapan Proses Menikah, juga kurang dibahas secara mendetail terkait bagian tentang Restu Orang Tua, Lamaran, Wali Nikah, dan Mahar yang baik seperti apa, serta pembahasan tentang Menghitung Hari Baik yang biasanya sering dijadikan patokan bagi orang-orang dalam menentukan tanggal pernikahannya.
- Ketika mempersiapkan proses pernikahan, tak jarang banyak calon pasangan yang sakit bahkan hingga diopname di rumah sakit selama beberapa hari, maka pembahasan seputar senam pra nikah serta tips perawatan tubuh selama pra nikah menjadi penting terutama untuk mempersiapkan malam pertama bagi kedua mempelai setelah seharian mengadakan akad nikah dan resepsi.
Untuk Siapa dan Mengapa Buku ini Dihadirkan
Buku
ini disajikan dalam bahasa yang simpel dan mudah dicerna dengan gaya
bahasa yang cukup “jleb” dan menampar karena mengupas sisi pernikahan
secara konkret dan realistis, sehingga sangat cocok dibaca oleh semua
kalangan muda-mudi yang sedang dalam masa penantian, maupun yang sedang
dalam proses menuju pernikahan, juga bisa menjadi bahan referensi untuk
yang sudah menikah agar bisa membina pernikahannya ke arah sakinah,
mawaddah dan warahmah, serta panduan bagi para orang tua dalam menuntun
anak-anaknya dalam memilihkan pasangan hidupnya yang bisa membimbingnya
ke akhirat.