Cari Blog Ini

Minggu, 29 Maret 2015

Sebelum Engkau Meninggalkan Masa Lajangmu

[Resensi Buku] Catatan Sang Mantan Jomblo - Fathonah Fitrianti :

Peresensi :  Astri Irma Yunita

Judul Resensi : Sebelum Engkau Meninggalkan Masa Lajangmu 


Cover Buku : Catatan Sang Mantan Jomblo (CSMJ)

Data Buku :
Judul Buku : Catatan Sang Mantan Jomblo
Penulis : Fathonah Fitrianti
Editor : N. Luky Andari
Penerbit : PT Elex Media Komputindo
Tahun Terbit : 2014
No ISBN : 978-602-02-5147-9
Kategori : Pengembangan Diri
Tebal Buku : viii + 109 halaman
Harga Buku : Rp.28.800,-              

Tentang Penulis :
Fathonah Fitrianti itulah nama penulis yang lebih akrab dipanggil dengan nama Ine. Ia lahir tahun 1984. Mengamati dunia percintaan dan relasi antar pria dan wanita adalah hobinya. Melewati masa SI (Single) dengan berbagai macam pengalaman sensasi perasaan dan perilaku orang jatuh cinta. Mul. ai mencari jodoh sejak lulus kuliah tahun 2007

Kerangka Buku Catatan Sang Mantan Jomblo

Pendahuluan
  1. Menikah Itu
  2. Proses Menuju Pernikahan, Proses Pendidikan Alami untuk Mendewasakan Diri
  3. Mencari Jodoh seperti Mencari Rumah
  4. Tahapan Proses Menikah
  5. Aku Mengenal Diri, Maka Aku Mengenali Sosok Pasangan Hidup yang Kubutuhkan
  6. Haruskah Ada Cinta Dulu ?
  7. Sehatkah Cintaku Padanya?
  8. Jangan “Tertipu”
  9. Modal Pria : Mental Penjemput Rezeki
  10. Bantulah Calon Suami
  11. Mau Nembak Nikah ???
  12. Ketika Kamu Patah Hati
  13. Keputusanmu adalah PIlihanmu dan Tanggung Jawabmu
  14. Penghambat Datangnya Jodoh
  15. Makna Bersabar dalam Penantian Jodoh
Kisahku
Ketika Pagi itu Datang
Tentang Penulis

Ulasan Tentang Buku Catatan Sang Mantan Jomblo

“ Apa Kata Mereka tentang Buku Catatan Sang Mantan Jomblo”

  1. Arif Rahman Lubis (Founder @TeladanRasul) : “ Buku CSMJ : Menjemput Jodoh Idaman Bagus. Bahasanya simple dan mudah dicerna. Penulis mengupas sisi pernikahan dari sisi yang tak banyak didapati di buku-buku lain. Insya Allah bermanfaat bafi para pembaca.”
  2. Elya Wardah (Relawan KORSA, Salman ITB) : “Bagus banget, realistis, dan tidak Mengawang-ngawang.”
  3. Kiki Barkiah (Pendiri Homeschooling Al Kindi Mahardika Batam) : “Begitu banyak buku yang bercerita tentang hukum, adab, tata cara, dan filosofi pernikahan, namun sangat jarang buku yang mengupas tentang “ tetek  bengek” realitas yang akan dihadapi saat dan setelah menikah. “Buku ini benar-benar mengupas hal yang tidak dipikirkan para penulis buku pernikahan lainnya.
  4. Tri Budi Yuan Kuaile (Aktivis dan Penulis) : “Ceritanya memotivasi untuk terus semangat berusaha menjadi pribadi yang baik. Selain itu juga mengajarkan untuk tidak geer kalau ada lawan jenis yang perhatian dan bagaimana cara memilih calon suami yang baik.”

Sinopsis Buku : Catatan Sang Mantan Jomblo


Sebelum Engkau Meninggalkan Masa Lajangmu

Bersatu dengan jodoh impian, itulah yang setiap orang harapkan. Mungkin banyak orang memandang bahwa jodoh idaman ialah yang berwajah rupawan, berpenampilan menawan, dan berpenghasilan jutaan, Mungkin ada yang juga yang terbuai candaan, terayu gombalan hingga timbul rasa cinta, sehingga mengambil kesimpulan bahwa dialah jodoh impiannya. Buku yang membahas bagaimana caranya menjemput jodoh impian yang ditulis oleh Fathonah Fitrianti yang lebih akrab dipanggil dengan nama Ine, diambil berdasarkan pengalamannya yang cukup membawa pelajaran bagaimana mengenali sosok jodoh impian, Paradigma dan sikap diri apa yang perlu dibangun agar siap untuk menjalani kehidupan pernikahan, Proses apa yang harus dijalanu ketika kita dipertemukan dengan sang jodoh impian inilah yang ingin dibagikan oleh si penulis Fathonah Fitrianti sebagai sang mantan jomblo.

Pembahasan pertama pada buku ini penulis ingin mengajak para pembaca untuk mengintip jendela pernikahan secara gamblang. Bahwa Menikah berbeda dengan Pacaran. Jika Pacaran, masing-masing pasangan berusaha meng-cover diri masing-masing dengan berusaha menyembunyikan kekurangan dan keburukan diri sendiri dan bersenang-senang dengan canda, cumbu, dan rayuan palsu, sedangkan Menikah bukanlah sebuah peristiwa insidental yang manis bersama pasangan melainkan hidup bersama pasangan, melainkan hidup bersama melewati kebahagiaan, tantangan, dan kesusahan. Sepanjang hidup bersama dirinya dengan kelebihan dan kekurangannya. Jika dalam Pacaran, mungkin bagi pria sama sekali tidak memikirkan pengeluaran seperti kencan, nonton dan lainnya, karena memakai uang yang diberikan orang tuanya secara cuma-cuma atau mungkin berbohong kepada orang tuanya alias korupsi uang yang diberikan mereka untuk pendidikannya tapi malah digunakan untuk mengencani sang wanita, sedangkan Menikah bukanlah pengeluaran insidental seperti sesekali mentraktir tapi pria menafkahi keluarganya sepanjang hayatnya. Dalam artian, menafkahi ini bukan hal yang sifatnya sesekali, tapi memastikan keluarganya bisa makan setiap hari, tercukupi kebutuhannya dan sejahtera, Dan Menikah bukanlah seperti Pacaran yang hanya mencari teman untuk asyik-asyikkan, melainkan menemukan mitra hidup yang tepat. Pria yang akan menjadi imam bagi keluarganya dan wanita yang akan jadi ibu bagi anak-anaknya. Karena sesungguhnya kehidupan pernikahan menuntut kita untuk mengembangkan cara berkomunikasi ketika menghadapi masalah, cara berdiskusi ketika melihat perbedaan pandangan, cara menjaga lisan ketika emosi.

Menikah berarti ada tanggung jawab yang akan kita pikul, ada konsekuensi alami yang harus kita jalani, ada pasangan hidup yang harus kita pertimbangkan perasaan dan kebahagiaannya, ada perbedaan dan masalah yang perlu kita selesaikan dengan hati tenang dan pikiran jernih, dan ada berbagai keperluan hidup yang perlu dibiayai. Wal hasil, ketika memutuskan untuk menikah, kita jadi harus mempersiapkan hati, mental, pemikiran, dan diri kita secara sadar dan tanggung jawab. Siap menerima dan mengambil tanggung jawab. Bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan keputusan yang diambil. Siap dalam menghadapi dan menerima realitas, mampu mengendalikan ego dan emosi. Ketika sedang menjalani proses menuju pernikahan, ada beberapa hal yang meningkat dari diri seseorang yaitu lebih mengenal dan mengevaluasi dirinya sendiri, lebih siap menghadapi realitas kehidupan, lebih bertanggung jawab secara ekonomi, lebih toleran terhadap orang lain, lebih terbuka dengan perbedaan pandangan, lebih pandai mengelola ego dan emosi, lebih mempersiapkan diri menjadi Ayah atau Ibu, lebih peduli dengan perasaan orang lain dan tidak egosi, lebih siap bekerja sama dan berkomunikasi, dan lebih mendekatkan diri pada Allah tentunya.

Saat mengambil keputusan untuk menikah, ada baiknya kita mengenali diri kita terlebih dahulu. Kenali visi dan misi hidup kita, rencana hidup kita ke depan, karakter kita, kelemahan kita,penyakit kita dan pandangan kita tentang pernikahan. Penting juga untuk mengenali hal-hal yang kita harapkan dari pasangan. Juga mengenali hal-hal yang bisa ditoleransi. Misalnya, saja terkait kerapian, keaktifan istri, kebiasaan merokok, dan sebagainya, Adapun pandangan kita biasanya dipengaruhi oleh pengalaman, kebiasaan, lingkungan, dan sebagainya. Dan ketika niatan kita memang serius untuk menikah, tahap perkenalan ini bisa dilalui relatf singkat?. Mengapa? Karena, fokus kita mengenal apa dia bisa menjadi pasangan hidup yang selaras, bukan fokus membangun perasaan. Obrolan kita jadi lebih terarah  yaitu dalam konteks saling mengenal tanpa melebar ke sana kemari. Kita tidak perlu menyentuh sang calon untuk lebih mengenalnya, bukan?. Wal hasil kita menentukan mau lanjut proses menuju menikah atau tidak dengan pertimbangan akal sehat bukan karena terlanjur sayang.

Niat kita untuk menikah ialah menemukan pasangan yang bisa hidup selaras yang kelebihan maupun kekurangannya siap untuk kita terima dan ambil konsekuensinya. Oleh karena itu, sejak awal proses perkenalan dengan pasangan cobalah untuk saling terbuka tentang diri masing-masing. Bukan ingin tampak sangat sempurna agar tidak ditolak sang calon. Dalam proses perkenalan, untuk pria hal lain yang biasanya dieksplorasi ialah tentang rencana menafkahi keluarga. Salah satu hal yang perlu digarisbawahi ialah mental penjemput rezeki dan bertanggung jawab. Kita juga bisa menanyakan kepada calon pasangan terkait pandangannya mengenai peran istri/suami termasuk dalam tugas rumah tangga dan pengasuhan anak, pengaturan keuangan keluarga, status penghasilan suami/istri setelah menikah, peran suami/istri dalam menopang kebutuhan keluarga, bolehkah jika istri bekerja setelah menikah, bolehkah jika bersekolah lagi, dan hal lainnya yang dianggap perlu untuk diketahui. Dan jika dalam tahap perkenalan dengan pasangan, ada ganjalan dan prasangka di hati, konfirmasikanlah sebelum nikah, karena ganjalan di hati ini bisa berkembang menjadi prasangka buruk dan sumber konflik. Ada beberapa hal yang perlu ditanyakan dan tak perlu ditanyakan, karena ganjalan hati dan kondisi tiap orang berbeda. Bila tidak sreg dengan calon pada tahap ini, kita bisa hentikan proses perkenalan, berteman saja lalu mencari calon lain. Namun, bila sreg kita bisa lanjut ke tahap pengenalan lebih jauh tentang keluarga dan kunjungan ke keluarga masing-masing.

Selain memperkenalkan diri, kita pun perlu menyampaikan kondisi keluarga masing-masing karena ini turut mempengaruhi penerimaan dan kesiapan masing-masing. Kita bisa melakukan kunjungan ke rumah calon untuk berkenalan dan mengobrol dengan orang tuanya. Begitu pula sang calin mengunjungi orang tua kita. Selain untuk menjalin silaturahim dan lebih saling mengenal, kita juga bisa mengetahui penerimaan calon mertua. Dengan kunjungan ini, kita juga jadi lebih tenang karena sudah tahu bahwa sang calon jelas di mana tinggalnya dan jelas siapa orang tuanya. Jika kita dan orang tua bisa menerima – setelah mendapatkan penggambaran kondisi orang tua calon memberikan sinyal positif, maka tahap berikutnya ialah saling mengunjungi keluarga. Hal ini untuk menegaskan kembali penerimaan dari masing-masing keluarga dan menyambung ikatan silaturahim. Namun, bila orang tua belum memberikan sinyal positif sedangkan kamu tetap mantap dengan sang calon, berarti saatnya kita memberi pengertian kepada orang tua. Menenangkan kekhawatiran mereka, menunjukkan argument mengapa kita mantap memilihnya. Adapun. Salah satu manfaat mengomunikasikan kondisi keluarga calon ialah baik kta maupun keluarga bisa tahu dan lebih siap mentalnya dalam menerima. Penerimaan sejak awal akan meminimalisasi potensi konflik di masa depan dan menguatkan dukungan keluarga dalam berbagai permasalahan.

Setelah melalui rangkaian proses ikhtiar dan doa berserah dirilah pada keputusan Allah, karena Allah lah yang mengetahui sosok yang terbaik bagi kita. Memohonlah kepada Allah terkait calon pasangan kita. Apakah dia akan baik bagi hidup dan agama kita?. Istikharah ini sebaiknya dilakukan sepanjang proses menuju pernikahan, mulai dari awal hingga hari H. Petunjuk dari istikharah ini bisa berupa kemantapan atau keraguan hati, kemajuan atau kemunduran proses, ditunjukkan kebaikannya atau keburukannya, munculnya ketenteraman atau keresahan hati, dan tersedia atau tidaknya jalan keluar serta kekuatan ketika menghadapi jalan buntu.

Ketika sedang berproses menuju pernikahan, mungkin kita dipertemukan dengan orang lain yang lebih menarik hati. Keputusan menerima atau menolak calonmu sekarang laluilah dengan proses perkenalan, diskusi, dan kompromi, sehingga pada akhirnya kamu yakin untuk melanjutkan atau tidak proses tersebut. Andai keputusannya tidak melanjutkan pun bukan karena faktor pihak luar (orang lain yang lebih menarik), tetapi lebih karena faktor dari diri calon tersebut.

Dalam mekanisme jodoh, jika bukan jodohnya, bisa jadi kita yang menolak, bisa pula kita yang ditolak. Kalau pun kita tidak jadi dengan seseorang, berarti bukan jodohnya. Mungkin itu petunjuk dari Allah bahwa dia bukan yang terbaik bagi kita, meski di mata dan di hati bahwa dia adalah sosok yang sempurna. Ketika hasilnya tidak berjodoh, apa yang perlu kita lakukan ? . Pertama, kita harus mensyukuri dan berhusnuzan pada ketetapan Allah bahwa dia bukan yang terbaik bagi kita. Kedua, meyakini dengan tetap memohon agar Allah memberikan pengganti yang lebih baik baik bagi kita. Ketiga, selalu memperbaiki diri dan mengambil hikmah dari setiap peristiwa. Meski akhirnya tidak jadi dengannya, jadikanlah proses yang telah kita lalui sebagai sarana pendidikan dan pelatihan dari Allah agar kita lebih dewasa dan lebih siap untuk menjalani kehidupan pernikahan. Begitupun ketika hasilnya adalah menikah dengannya, kita harus bersyukur dengan meyakini bahwa dia adalah yang terbaik dari Allah. Bertanggung jawablah dengan keputusan yang telah dipilih. Berusaha untuk membangun keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah dengan menjalankan sunnatullahNya. Misalnya dengan selalu menjaga untuk saling membahagiakan, ketika emosi saling menjaga sikap dan lisan kepada pasangan. Mengomunikasikan masalah dengan baik dan menghindari sikap menghakimi dan saling menyalahkan.


Analisis Buku Catatan Sang Mantan Jomblo

Keunggulan Buku : Catatan Sang Mantan Jomblo
  1. Harga buku sangat terjangkau jika dibandingkan dengan isi buku yang membahas sisi pernikahan secara real dan menarik dari berbagai sudut pandang yang biasa ditemui di kehidupan sehari-hari.
  2. Bahasa yang disajikan dalam buku ini ringan dan lugas yakni membahas tentang bagaimana menjemput jodoh impian, paradigm dan sikap yang harus kita bangun, hingga proses yang harus dijalani menuju pernikahan.
  3. Buku ini juga sangat cocok dibaca bagi semua kalangan, penuis mengupas sisi persiapan pernikahan secara konkret yakni realitas yang akan dihadapi saat mempersiapkan pernikahan dan setelah pernikahan yang tak banyak didapati di buku-buku lain yang membahas masalah yang sejenis.
  4. Buku ini juga dilengkapi dengan diagram alir yakni Skema Tahapan Proses Menikah (Hal 31) yang dimana memuat secara runtut dan sistematis proses ta’aruf yang syar’i.
  5. Kelebihan lain pada buku ini adalah penulis tahu hal-hal mana saja yang penting untbuk ditegaskan kepada pembaca, hal ini ditandai dengan adanya pembuatan tabel yang merupakan poin-poin penting yang disimpulkan dalam setiap pembahasan yang ada pada buku CSMJ, lalu dengan catatan yang dibuat menonjol dan berbeda serta karakter penulisan mulai dari jenis huruf dan size serta penebalan huruf ketika ada poin penting atau penarikan kesimpulan yang memudahkan embaca dalam memahami setiap pembahasan yang disajikan pada tiap-tiap babnya.


Kekurangan Buku : Catatan Sang Mantan Jomblo
  1. Ketika judul yang ingin diajukan adalah Catatan Sang Mantan Jomblo yakni buku yang memuat bagaimana proses menjemput jodoh impian, ada baiknya setiap pembahasan yang ada pada buku ini disusun mulai dari proses penantian bagi para remaja yang masih single (memegang teguh prinsip untuk tidak berpacaran) atau bagi para remaja yang masih berpacaran lalu setelah itu pembahasan berlanjut tentang bagaimana cara menjemput jodoh impian yang syar’i  dan disusul dengan tahapan proses menikah sendiri. Jadi, kalau berdasarkan daftar isi, pembahasannya bisa disusun seperti ini Makna Bersabar dalam Penantian Jodoh, Mencari Jodoh seperti Mencari Rumah, Aku Mengenal Diri, Maka Aku Mengenali Sosok Pasangan Hidup yang Kubutuhkan, Penghambat Datangnya Jodoh, Sehatkah Cintaku Padanya?, Keputusanmu adalah Pilihanmu dan Tanggung Jawabmu, Jangan “Tertipu”, Haruskah Ada Cinta Dulu?, Mau Nembak Nikah???, Ketika Kamu Patah Hati, Modal Pria: Mental Penjemput Rezeki, Bantulah Calon Suami, Tahapan Proses Menikah, Menikah Itu – Proses Mendewasakan Diri, Kisahku, Ketika Pagi Itu Datang.
  2. Dalam pembahasan Tahapan Proses Menikah, seharusnya dicantumkan format proposal nikah yang  biasa digunakan untuk proses ta’aruf secara umum, sehingga pembaca ada gambaran mengenai pembuatan proposal nikah lalu pembahasan terkait tes kesehatan pra nikah yang biasanya juga disinggung ketika ta’aruf harusnya dimuat dalam pembahasan Tahapan Proses Menikah.
  3. Buku Catatan Sang Mantan Jomblo akan menjadi menarik jika disisipi dengan pembahasan terkait ilmu-ilmu yang harus dipersiapkan sebelum melangkah ke pernikahan seperti Ilmu Manajemen Keuangan yang membahas peran istri sebagai menteri keuangan rumah tangga , kunci mengelola keuangan, tips dan trik hemat dalam belanja, Ilmu Psikologi Kepribadian Pasangan yang juga tak kalah pentingnya agar bisa menjaga tutur kata dan sikap terhadap pasangan, Ilmu tentang Kehamilan, Persalinan, dan Menyusui, Ilmu Pendidikan Anak, Ilmu Gizi, dan masih banyak lagi yang membahas tentang ilmu dasar yang harus dipersiapkan bagi para pria dan wanita untuk menjadi suami dan istri.
  4. Pada pembahasan Tahapan Proses Menikah, juga kurang dibahas secara mendetail terkait bagian tentang Restu Orang Tua, Lamaran, Wali Nikah, dan Mahar yang baik seperti apa, serta pembahasan tentang Menghitung Hari Baik yang biasanya sering dijadikan patokan bagi orang-orang dalam menentukan tanggal pernikahannya.
  5. Ketika mempersiapkan proses pernikahan, tak jarang banyak calon pasangan yang sakit bahkan hingga diopname di rumah sakit selama beberapa hari, maka pembahasan seputar senam pra nikah serta tips perawatan tubuh selama pra nikah menjadi penting terutama untuk mempersiapkan malam pertama bagi kedua mempelai setelah seharian mengadakan akad nikah dan resepsi.

 Untuk Siapa dan Mengapa Buku ini Dihadirkan

Buku ini disajikan dalam bahasa yang simpel dan mudah dicerna dengan gaya bahasa yang cukup “jleb” dan menampar karena mengupas sisi pernikahan secara konkret dan realistis, sehingga sangat cocok dibaca oleh semua kalangan muda-mudi yang sedang dalam masa penantian, maupun yang sedang dalam proses menuju pernikahan, juga bisa menjadi bahan referensi untuk yang sudah menikah agar bisa membina pernikahannya ke arah sakinah, mawaddah dan warahmah, serta panduan bagi para orang tua dalam menuntun anak-anaknya dalam memilihkan pasangan hidupnya yang bisa membimbingnya ke akhirat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar